Metode Belajar ala Rasullulah

Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim. Kegiatan tersebut sangat penting dilakukan untuk menambah khasanah keilmuan, menambah kefahaman islamiyah, menambah keimanan, ketaqwaan , bahkan barang siapa yang menuntut ilmu maka Allah akan memberi kemudahan baginya bahkan ditinggikan oleh Allah beberapa derajat. Berdasarkan hal tersebut maka kewajiban untuk menuntut ilmu merupakan suatu keharusan, khususnya dalam artikel ini akan dibahas secara teknis tentang bagaimana metode serta cara Rasullulah dalam menuntut ilmu.
Secara tema didalam artikel ini akan dibahas tentang teknis bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara Rasullulah dalam menuntut ilmu. Kenapa tema ini harus kita pelajari?, jawabanya yaitu karena dengan teknis ini, metode, model, pendekatan, teknik, teknis, dan cara yang berdasarkan Hadist maka tingkat keberhasilan dalam belajar akan lebih sifnifikan didapatkan, belum lagi jika serta merta teknik tersebut diterapkan benar dalam pembelajaran, maka tingkat ketuntasan 100 % dalam belajar akan di peroleh, belum lagi mendapat keridhoan dari Allah yang diperolehnya, sekaligus keberhasilan dalam belajar dan pembelajaran sekaligus keberhasilan dalam penyampaian risalah Allah dan dakwah. Untuk itulah sekiranya penting bagi kita untuk mempelajari tentang teknis tentang bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara Rasullulah dalam menuntut ilmu, dalam mendapatkan ilmu dunia dan akirat. Bahkan ketika kita meniru metode belajar ala Rasullulah tersebut maka pahala besar yang didapatkan juga sarana yang lurus menuju Surga.
Seperti yang sudah kita tahu bahwa Rasullulah sebagai suri tauladan. Beliau ternyata telah memberi warisan yang sangat berharga. Salah satu Warisan beliau adalah berupa teknis tentang bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara Rasullulah dalam menuntut ilmu yang tertuang dalam Hadist. Contoh teknis yang tertuang dalam hadist tersebut merupakan suatu contoh suri tauladan yang sudah terbukti ber abad-abad dan membuktikan bahwa beliau merupakan suri tauladan yang terbaik, contoh teknis di dalam hadist tersebut merupakan contoh teknis yang unggul, contoh teknis yang terbaik diantara yang terbaik karena contoh teknis tersebut merupakan contoh teknis yang di ajarkan oleh Allah sendiri kepada Rasullulah secara langsung, sehingga keutamanya sudah pastilah terdepan juga kebenaranya pasti terjamin jika dibandingkan dengan contoh teknis yang dibuat oleh seorang pakar pendidikan atau seorang professor pendidikan, padahal metode merupakan buatan manusia yang kebanyakan masih teori-teori, belum lagi perlu dipertanyakan kevalidan-nya dan kesignifikan-nya serta keefektivitasnya.
Meskipun contoh teknis yang pernah dicontohkan oleh Rasullulah merupakan metode lama, tetapi telah banyak digunakan oleh kaum muslimin disamping sudah teruji dan terbukti kebenaranya dari generasi-generasi kaum muslimin. Keberhasilan serta banyaknya kaum muslimin yang kuat dalam hafalan Al-quran serta dalam keilmuannya merupakan bukti nyata akan keberhasilan dari penggunaan contoh teknis tersebut. Secara umum contoh teknis tentang bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara Rasullulah dalam menuntut ilmu tersebut sesunnguhnya sudah tertuang dalam hadist-hadist bab menerima wahyu.
Hikmah dari hadist-hadist bab menerima wahyu secara umum biasanya hanya dilihat dari sudut pandang tentang bagaimana peristiwa datangnya wahyu dari Allah kepada Rasullulah melalui perantara malaikat jibril, sedangkan jika dipandang dari sudut pandang hikmah yang lain ada sebagaian seorang muslim mengabaikanya, kebanyakan mereka berpendapat bahwa tidak mungkin manusia biasa seperti kita mengalami peristiwa tersebut (menerima wahyu), sehingga banyak kaum muslimin mengabaikanya. Padahal jika kita pelajari lebih dalam ternyata masih banyak hikmah yang didapat dari hadist tersebut, seperti bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis dan cara dalam mempelajari ilmu,mendengarkan ilmu, melihat ilmu, menuntut ilmu, mengolah ilmu, pengelolaan ilmu, merekam ilmu, menyampaikan ilmu, yang diberikan kepada Rasullulah dari Allah ketika menerima wahyu.
Dalam keseharian banyak muslimin yang menggunakan metode belajar ala Rasullulah tersebut, bahkan banyak juga yang tidak menggunakan metode belajar yang dianjurkan oleh sunnah tersebut, meskipun masih ada kaum muslim yang mencontohnya serta dalam penerapanya. Di sisi lain sebagian kaum muslimin mengambil referensi tentang teknis dalam menuntut ilmu tersebut tidak berasal dari Al-Quran dan hadits, mereka lupa bahkan bahkan dengan terlalu menjunjung tinggi model maupun metode yang itu berasal dari buku-buku negeri barat, referensi barat, bahkan dari negeri yang kiblatnya adalah non-muslim bahkan kafir sekalipun. Dari sinilah kita perlu renungkan tentang kemunduran akan pemahanan muslim tentang teknis cara belajar versi islami yaitu dengan mencontoh Rasullulah. Padahal dengan mencontoh rasullulah itu merupakan keharusan disamping wajib hukumnya dalam hal penerapan di kenyataan.
Mencontoh Rasullulah itu kebiasaan yang utama bagi seorang muslim, mencontoh teknis tentang bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara Rasullulah dalam menuntut ilmu yang tertuang dalam Hadist itu merupakan kewajiban, ilmu yang datang padanya seperti salah satu contohnya adalah wahyu (ilmu) yang diterima Rasullulah perlu juga kita contoh tetapi menggunakan sudut pandang yang lain, belum lagi mencontoh tentang bagaimana mengelola ilmu yang beliau dapat, mencontoh tentang bagaimana menyampaikan ilmu sehingga dapat tersampaikan secara utuh kepada umatnya. Berdasarkan hal tersebut maka sudahkah sepatutnya kita mencontoh beliau secara utuh-sepenuhnya dalam hal tersebut.
Belum lagi jika dilihat dari segi fisik, sebagai manusia biasa maka Rasullulah juga di beri fisik tubuh serta organ tubuh yang sama dengan kita, Rasullulah mempunyai otak, mempunyai telinga, mempunyai lidah yang sama dengan kita tetapi semua karunia tersebut digunakanya untuk mempelajari Al-Qur’an, digunakanya untuk mendapatkan ilmu, digunakanya untuk menerima ilmu, digunakanya untuk merekam ilmu, digunakanya untuk menyampaikan ilmu. Berangkat dari hal tersebutlah maka Allah secara langsung telah memberi modal Rasullulah berupa sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang berharga itu berupa organ tubuh yang sangat canggih. Kecanggihan organ tubuh tersebut seperti otak yang digunakan oleh Rasullulah untuk berpikir sekaligus merekam dan bersikap, kecanggihan telinga rasullulah untuk konsentrasi mendengar dalam menerima ilmu, juga kecanggihan lidah untuk berucap ketika menyampaikan ilmu yang didapatkanya. Modal berupa organ yang di punyai oleh Rasullulah digunakannya untuk sarana mewujudkan ketaqwaan serta mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah teknis, metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara yang bagaimana yang digunakan oleh Rasullulah ketika belajar mendapat ilmu Allah lewat wahyu agar bisa digunakanya secara maksimal, sehingga mendapat keridhoaan dari Allah?, metode teknis dari baratkah yang di tiru oleh Rasul, metode teknis dari teori buatan manusiakan yang beliau tiru?, atau metode yang dari Allah berikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka diupayakan untuk melaksankan metode teknis ala Rasullulah tersebut, organ tubuh kita harus disiapkan sedemikian rupa agar supaya metode yang kita pakai di dalam belajar dan mempelajari ilmu bisa terwujud, minimal menyamai apa yang dilakukan Rasullulah , minimal meniru apa yang dilakukan Rasullulah, dan secara optimal sama yaitu menjadi manusia bertaqwa di sisi Allah dengan meniru segala sesuatu yang dilakukan Rasullulah.
Berdasarkan alasan di atas maka bahasan tulisan dibawah ini secara umum mengenai teknis tentang bagaimana metode, model, pendekatan, teknik, teknis, cara Rasullulah dalam menuntut ilmu yang tertuang dalam Hadist . Sehingga mengahasilkan muslim yang berkualitas ketika mendapatkan ilmu, efektif dalam menerima ilmu, kondisi organ fisik yang prima dalam konsentrasi, kefahaman dalam mengolah ilmu, perilaku yang amaliayah dalam menyampaikan ilmu, sehingga optimalisasi bisa kita dapatkan terlebih tentang keberhasilan mendapatkan-mengolah-menyampaikan ilmu yang ada didalam Al-Qur’an secara menyeluruh dan utuh.
Guna melengkapi bagaimana metode teknis tersebut terwujud, maka baca dan perhatikanlah hadist berikut:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَبِي عَائِشَةَ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى } لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ { قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَالِجُ مِنْ التَّنْزِيلِ شِدَّةً وَكَانَ مِمَّا يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَنَا أُحَرِّكُهُمَا لَكُمْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَرِّكُهُمَا وَقَالَ سَعِيدٌ أَنَا أُحَرِّكُهُمَا كَمَا رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَرِّكُهُمَا فَحَرَّكَ شَفَتَيْهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى } لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ { قَالَ جَمْعُهُ لَكَ فِي صَدْرِكَ وَتَقْرَأَهُ } فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ { قَالَ فَاسْتَمِعْ لَهُ وَأَنْصِتْ } ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ { ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا أَنْ تَقْرَأَهُ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ إِذَا أَتَاهُ جِبْرِيلُ اسْتَمَعَ فَإِذَا انْطَلَقَ جِبْرِيلُ قَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا قَرَأَهُ
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Musa bin Abu Aisyah berkata, Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah Ta’ala: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat ingin (menguasainya).” Berkata Ibnu ‘Abbas: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat kuat keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur’an) dan menggerak-gerakkan kedua bibir Beliau.” Berkata Ibnu ‘Abbas: “aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya kepadaku”. Berkata Sa’id: “Dan aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana aku melihat Ibnu ‘Abbas melakukannya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggerakkan kedua bibirnya, Kemudian turunlah firman Allah Ta’ala: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”. Maksudnya Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kamu membacanya: “Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu”. Maksudnya: “Dengarkanlah dan diamlah“. Kemudian Allah Ta’ala berfirman: “Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. Maksudnya: “Dan Kewajiban Kamilah untuk membacakannya” Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sejak saat itu bila Jibril ‘Alaihis Salam datang kepadanya, Beliau mendengarkannya. Dan bila Jibril ‘Alaihis Salam sudah pergi, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat) sebagaimana Jibril ‘Alaihis Salam membacakannya kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam” (No. Hadist: 4, HR.Bukhari, Bab.1 Permulaan wahyu)

Berdasarkan tulisan yang berwarna merah di atas maka sebagai seorang muslim wajib meniru apa yang dilakukan oleh Rasullulah dalam ketika menerima wahyu (ilmu), mengelola, menyampaikan ilmu, dalam hal ini adalah kita wajib meniru bagaimana sikap rasullullah ketika menerima ilmu terlebih tentang bagaimana cara-cara rasulllulah mempelajari Al-Qur’an dengan mudah sehingga membuat beliau hafal Al-Qur’an.
Berdasarkan ulasan serta pentahapan metode rasulullah dalam menerima ilmu dari Allah, maka sudah selayaknya kita menggunakan langkah-langkah tersebut, tetapi terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dan dilakukan, syarat PERTAMA adalah ada keinginan kuat untuk menuntut ilmu (ada niat dan keinginan kuat, baca redaksi pada hadist “”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat kuat keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur’an)” ), sehingga ini akan memudahkan mempelajari ilmu.
Syarat kedua harus melalui tahapan serta langkah-langkah secara urut dibawah ini,(KOSENTRASI-DEGARKAN-REKAM-HAFALKAN-LATIHKAN-SAMPAIKAN) dan berikut penjelasan nya:
1. KONSENTRASI, konsentrasi didahulukan sebelum berucap, caranya dengan menghilangkan gangguan pikiran yang lain-lain, sehingga yang di dalam pikiran hanya ada satu keinginan yaitu ingin memahami ilmu/siap menerima ilmu baru (ilmu), selain itu juga jangan terburu-buru dalam berkonsentrasi (redaksi pada hadist ” Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya”)
2. DENGARKAN, gunakan telingga secara seksama untuk mendengarkan sampai tuntas, 100% tidak ada kata-kata yang terlupakan, jauhkan suara yang lain yang tidak perlu, hilangkan gangguan suara yang masuk selain dari suara yang memang benar-benar kita inginkan dari awal, usahakan jangan berbicara dahulu dan usahakan jangan banyak bicara yang tidak perlu karena hal tersebut akan membuat apa yang sudah kita dengarkan tadi akan menjadi lupa. (redaksi pada hadist “Dengarkanlah. . .diamlah)
3. REKAMLAH, gunakan otak dan hati untuk merekam semua yang telah didengar secara menyeluruh, merekam 100% kata-kata yang telah di dengar atau di baca (redaksi pada hadist “Dengarkan . . . diamlah)
4. HAFALKAN, hafalkan dalam hati dan batin secara berulang-ulang tentang apa yang sudah di dengar dan direkam sampai hafal seluruhnya, dihafalkan 100% kata-kata yang telah di dengar atau di baca (redaksi pada hadist “Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan….”)
5. LATIHLAH, melatih hafalan dengan cara bersuara menggunakan mulut sampai telingga kita mendengarkan apa yang sudah kita ucapkan tadi sekaligus harus di pastikan apa yang sudah kita suarakan itu sudah benar atau masih keliru, disamping jangan tergesa-gesa dalam menghafalnya, latihlah sampai kita yakin bahwa apa yang kita hafal dan suarakan tadi benar-benar 100% hafal, (redaksi pada hadist “Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kamu membacanya”)
6. SAMPAIKAN, jika sudah merasa hafal secara menyeluruh dan utuh maka selanjutnya wajib menyampaikan kepada yang lain, wajib berdakwah dan jangan disampaikan (berdakwah ) jika belum hafal, karena akan membuat lucu, sehingga berakibat pula akan menyesatkan (redaksi pada hadist “…, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat”)

Berdasarkan ke-Enam pentahapan dalam merekam ilmu tersebut di atas maka teknis belajar untuk memperoleh ilmu ternyata sudah di contohkan oleh Allah kepada Rasullulah, terlebih Rasullulah pelaku utama dalam belajar seperti hadist di atas, sekarang tinggal bagaimana kita sebagai seorang muslim apakah mencontoh metode belajar diatas atau mencontoh metode belajar ilmu yang diambilnya dari barat. Pentahapan diatas serta apa yang tertuang di dalam Hadist sudah berisi contoh tentang teknis bagaimana metode, bagaimana model, bagaimana pendekatan, bagaiman teknik, bagaimana teknis, bagaimana cara, bagaimana mengunakan organ tubuh, bagaimana menggunakan telingga, bagaimana menggunakan otak, bagaimana menggunakan lidah ketika seorang muslim mendapatkan ilmu, sehingga mendapat kebrhasilan serta ketuntasan dalam menuntut ilmu, mengolah ilmu serta menyampaikan ilmu secara utuh dan menyeluruh.
Berdasarkan ke-ENAM  tahapan diatas maka insya Allah jika kita menggunakan metode tersebut maka kemudahanlah yang akan didapat terlebih kemudahan dalam mempelajari ilmu, mempelajari Al-Qur’an serta ilmu yang lainya yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
Itulah cara agar mudah mengingat pelajaran. Jika menerapkan itu dalam kehidupan sehari-hari, maka akan lebih mudah mengingat pelajaran di sekolah. Selain itu, saat ujian tiba kamu tidak usah mempelajari semua materi karena beberapa materi pelajaran sudah di kuasai. Itulah beberapa cara agar mudah utntuk menghafal, Semoga cara diatas dapat meningkatkan kualitas ingatan kamu.

Beberapa  gangguan konsentrasi yang harus dihilangkan : (PENTING)

Dari syetan atau sesuatu yang tidak berbenda :
Sesuatu yang berada di otak berupa  ingatan, angan-angan, perasaan, pikiran selain materi yang sedang di hafalkan. Jadi seharusnya yang ada didalam otak hanya materi pelajaran yang akan dihafalkan bukan yang lainya. Ini seperti ketika kita ingin menghilangkan gangguna setan kinzib ketika dalam solat, dalam solat aja kita diganggu palagi dalam kegiatan belajar.
 
Dari syetan atau sesuatu yang berwujud :
Sesuatu yang berada di sekitar kita yang berupa benda, dimana benda tersebut bisa mengganggu konsentrasi kita dalam belajar, bisa merusak konsentrasi, bisa menghentikan konsentrasi kita, contohnya suara HP yang mendadak, acara TV, dll. Ini seperti kita ingin menghilangkan gangguan berupa lukisan bulat-bulat yang ada di depan kita pada saat kita sholat.
Jadi di dalam belajar diharuskan konsentrasi penuh serta menghilangkan gangguan-ganguan yang ada, itu kuncinya.

 

Telaah:
Konsentrasi Belajar
Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan hafalan akan ilmu, sebahagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan menuntut ilmu atau optimalnya hasil belajar sangat tergantung pada intensitas kemampuan kita untuk melakukan konsentrasi belajar.
Ketidakberdayaan melakukan konsentrasi belajar ini, merupakan problematik aktual di kalangan kaum muslimin penuntut ilmu. Ketika menuntut ilmu sering kali seorang muslim mengalami pikiran bercabang (duplikasi pikiran), saat melakukan kegiatan belajar. Pikiran bercabang bisa muncul tanpa kita sadari karena berbagi sebab. Tentunya seorang muslim merasa terganggu sekali saat tidak mampu berkonsentrasi dalam belajar terlebih pada saat menerima ilmu yang disampaikan dari ustad kita. Saat belajar, kadangkala tanpa kita undang muncul kepermukaan alam pikiran mengenai masalah-masalah lama, keinginan-keinginan lain atau yang terhambat menjadi pengganggu aktivitas belajar menuntut ilmu. Alhasil, kitapun beralih dan larut ke alam pikiran yang melintas tersebut.
Di sini perlu kita sadari, bahwa konsentrasi belajar itu tidak datang dengan sendirinya atau bukan dikarenakan pembawaan bakat seseorang yang dibawa sejak lahir. Melainkan konsentrasi belajar itu harus diciptakan dan direncanakan serta dijadikan kebiasaan belajar untuk menuntut ilmu khususnya ilmu dari Allah. Setiap orang pada dasarnya punya potensi dan kemampuan yang sama untuk dapat melakukan konsentrasi belajar.maka konsentrasilah dalam belajar menuntut ilmu.
Konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.
Suatu proses pemusatan daya pikiran dan perbuatan tersebut maksudnya adalah aktivitas berpikir dan tindakan untuk memberi tanggapan-tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau objek tertentu. Fokus atau objek tertentu itu, tentunya telah melalui tahapan penyeleksian kualitas yang direncanakan. Prosedur tahapan penyeleksian akan kualitas objek yang direncanakan tak lain adalah pengembangan minat (untuk apa dia menuntut ilmu), motivasi (latar belakang apa yang membuat dia berusahh menuntut ilmu) dan perhatian pada objek belajar (seberapa besar fokus serta konsentrasi dia pada obyek pembelajaran).
Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar, khususnya dalam menuntut ilmu Allah antara lain:
1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
2. Berpenyakit hati.
3. Perasaan gelisah, tertekan, marah.
4. Kuatir, takut, benci dan dendam.
5. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
6. Kondisi kesehatan jasmani.
7. Bersifat pasif dalam belajar.
8. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
Untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi belajar dibutuhkan, antara lain:
Kesiapan belajar (ready learning). Sebelum melakukan aktivitas belajar kita harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus jauh dari gangguan penyakit fisik manupun penyakit hati. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan atau ketegangan emosional atau penyakit hati, seperti cemas, kecewa, patah hati, iri dan dendam, dll. Masalah-masalah konflik kejiwaan ini harus diselesaikan terlebih dahulu. Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar.
Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi Berpikir”. Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu kita ketahui:
1. Apa yang dipelajari,
2. Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari,
3. Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),
4. Bagaimana cara mempelajarinya.
Dengan mengetahui keempat hal tersebut di atas, kita akan belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi yang diajarkan. Kemudian untuk membangkitkan faktor intelektual-emosional belajar kita, maka perlu mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam berpikir”. Maksudnya, kita membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian kita akan digiring pada pola belajar aktif dan kreatif.
Cara belajar yang baik. Untuk memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara berpikir, penyeleksian fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Juga, harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara menghidupkan dan mengembangkan rasa ingin tahu kita, hingga tuntas terhadap apa yang hendak dipelajari. Dengan kata lain, berusaha menyusun kerangka berpikir dan bertindak step by step dalam memecahkan masalah.
Lingkungan belajar harus kondusif. Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang apik, teratur dan bersih. Suasanapun harus nyaman untuk belajar.
Belajar aktif merupakan solusi guna meningkatkan konsentrasi belajar. Jika kita sulit berkonsentrasi belajar atau sulit mengerti apa yang dijelaskan ustad dan sebagainya, maka kita harus dapat mengembangkan pola belajar aktif. Kita harus aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada ustad. Buang rasa sungkan, rasa malu dan rasa takut pada ustad. Ustad tidak akan memberi hukuman pada kita yang proaktif dalam belajar. Jika kita proaktif dalam menuntut ilmu, maka kita akan mendapat perhatian khusus ustad. Kita yang belajar yang proaktif akan menghalau timbulnya proses pengembaraan pikiran (duplikasi pikiran) serta kebercabangan pemikiran. Kita akan tetap fokus pada pelajaran, Intensitas konsentrasi belajar pun akan menjadi semakin optimal.
Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (resfreshing) saat menghadapi kejemuan belajar. Saat kita belajar sendiri di rumah dan menghadapi kesulitan (jalan buntu) mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa jemu dan bosan untuk berpikir. Jika hal ini terjadi, maka jangan paksakan diri kita untuk terus melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan, sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya kita harus menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal lain yang bersifat berpahala dan diridhoi allah. Jika kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak kita hilang dan pikiran kembali fresh, maka kita dapat kembali melanjutkan pelajaran yang tertunda tersebut.
Mendengar

Cara mendengar yang baik dan efektif:
1. Membutukan konsentrasi penuh dari pikiran kita untuk mengadakan interpretasi terhadap suatu berita atau pesan.
2. Menggunakan indera pendengaran dan kemampuan pikiran untuk mengadakan interpretasi terhadap berita atau pesan yang diterima.
3. Mendengar secara evaluatif, dalam acara ini perhatian pendengar terhadap pembicara lebih besar. dalam proses ini pendengar sekaligus mengadakan evaluasi tehadap kata-kata yang diucapkan oleh penyampai. hasil evaluasi diterangkan dalam bentuk, misalnya: menolak, menyetujui, kritik atau bertanya.
4. Mendengar secara proyektif, pendengar berusaha untuk benar-benar memahami pandangan dari pembicara tanpa memberikan komentar atau penilaian sebelum pembicara selesai.

Mendengarkan adalah salah satu skill atau kemampuan dalam menuntut ilmu. Secara umum saluran dalam menerima keilmuan memiliki empat skill saluran yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Tahap pertama yang harus kita kuasai adalah mendengarkan, kemampuan ini dianggap sebagai uji kelayakan dalam menyampaikan atau dakwah. Banyak orang bilang ketika kemampuan mendengarkan sudah baik, maka telah mampu atau mudah menggunakan serta menyampaikan dakwah.
Tetapi, untuk mendapatkan kemampuan ini sangat tidak mudah. Kalian akan merasakannya apabila ada latihan mendengarkan di dalam pengajian. Meskipun seorang ustad telah mengulang satu kalimat secara berulang-ulang, namun terkadang kita tetap sulit mengetahui kata yang dimaksud. Ada semacam sinyal di telinga kita yang tidak bisa mendeteksi arti kata tersebut. Kesulitan itu akan muncul karena satu hal, yaitu kalian tidak terbiasa mendengarkan secara utuh karena mendengarkan suara lainya.
Take a break. Ketika ada anda sedang mengerjakan sesuatu, ada nada yang menghampiri untuk berkomunikasi, ambillah waktu sejenak dan arahkan semua perhatian anda pada orang yang mengajak bicara. Ini adalah cara yang efektif untuk menyatakan dengan tubuh anda, bahwa anda sedang mendengarkan!

Dengarkan sesering mungkin
Mendengarkan sesering mungkin merupakan teknik jitu dalam meningkatkan kemampuan mendengarkan. Apakah sudah ada buktinya? tentu banyak yang membuktikannya. Dengan mendengarkansesering mungkin maka kemampuan mendengar akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga bisa diteruskankea arah perekaman yang utuh.
Belajar menangkap ide
Kesalahan yang banyak dilakukan adalah mendengarkan kata demi kata demi mendapatkan arti secara keseluruhan. Padahal cara tersebut mungkin banyak membuang-buang waktu. Untuk sukses dalam mendengarkan maka harus mampu menangkap ide dari sebuah kalimat yang kita dengarkan. Terlebih disarankan untuk berfokus.
Mendengar yang benar, adalah mendengarkan dengan aktif. Artinya anda berusaha unutk memahami keinginan lawan bicara. Pahamilah, bahwa saat seseorang merasa didengar, maka ia milik anda. Hal ini bukan sekedar ungkapan, tahukah anda,banyak kasus adanya pihak ke3 dalam rumah tangga, berawal dari pasangan yang tidak merasa didengarkan! Kejadian ini bahkan mungkin ada pada orang-orang disekitar anda. Ini semakin membuktikan, betapa dahsyatnya dampak dari “mendengar”.

Itulah cara agar mudah mengingat pelajaran. Jika menerapkan itu dalam kehidupan sehari-hari, maka akan lebih mudah mengingat pelajaran di sekolah. Selain itu, saat ujian tiba kamu tidak usah mempelajari semua materi karena beberapa materi pelajaran sudah di kuasai. Itulah beberapa cara agar mudah utntuk menghafal, Semoga cara diatas dapat meningkatkan kualitas ingatan kamu.

3 responses to “Metode Belajar ala Rasullulah

  1. mekarjayakediri-clistrik-vlistrik-xlistrik-sslistrik

  2. 15.460 per agustus 2015

  3. menghadapi musuh dalam keluarga:
    affun-soffah-magfiroh

Tinggalkan komentar