Iman Kepada Malaikat

Seorang muslim dalam mempelajari aqidah yang benar memang sangat perlu dan wajib. Karena aqidah inilah yang akan menjadi pondasi kehidupannya di dunia ini sampai bertemu dengan Rabb-nya di hari kiamat kelak. Termasuk di antara salah satu cabang keimanan yang wajib kita ketahui dan kita yakini adalah keimanan terhadap para malaikat. Pengertian Malaikat Malaikat adalah makhluk dan hamba Allah yang mendapat tugas di langit dan di bumi. Setiap tindak-tanduk alam semesta ini diatur oleh malaikat, dan tentunya atas izin Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)” (QS. An-Nazi’at [79] : 5).
Namun malaikat tidak memiliki keistimewaan dalam Rububiyyah yaitu dalam hal mencipta, menguasai langit dan bumi, serta memberi rizki. Malaikat juga tidak memiliki keistimewaan dalam Uluhiyyah sehingga kita tidak boleh menujukan satu ibadah pun kepada mereka. Allah menciptakannya dari cahaya, serta memberikan sifat ketaatan yang sempurna serta kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu. Sehingga malaikat tidak pernah mendurhakai apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Jumlah malaikat sangat banyak, dan tidak ada yang mengetahui jumlah malaikat tersebut selain Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabb-mu (malaikat) melainkan Dia sendiri” (QS. Al-Muddatsir [74] : 31).
Malaikat Bukan Sekedar Kiasan Meskipun keberadaan malaikat telah dijelaskan di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, namun masih ada sebagian orang yang mengingkarinya. Mereka mengatakan bahwa malaikat itu hanya merupakan sebuah ungkapan (kiasan) terhadap berbagai kekuatan kebaikan yang tersembunyi pada diri makhluk. Padahal, keyakinan seperti ini berarti medustakan Kitab Allah, Sunnah Rasul-Nya, serta ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi yang telah menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang memiliki sayap; masing-masing ada yang dua, tiga, atau empat” (QS. Fathir [35] : 1).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Jika hari Jumat tiba, maka pada setiap pintu masjid yang ada, terdapat para malaikat yang mencatat orang yang datang lebih awal dan seterusnya. Dan ketika imam telah duduk, maka para malaikat itu pun melipat lembaran-lembaran catatan itu dan segera mendengarkan peringatan (khutbah)” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalil-dalil di atas dengan gamblang menunjukkan bahwa para malaikat itu “ber-jisim” (sesuatu yang konkret atau kalau pada manusia berarti memiliki anggota tubuh), bukan sekedar sesuatu yang abstrak atau kiasan seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang berpaham menyimpang di atas.
Kandungan Iman kepada Malaikat Beriman kepada malaikat tidak akan sempurna kecuali dengan terpenuhinya empat perkara. Pertama, mengimani wujud/keberadaan mereka. Kedua, mengimani nama-nama mereka yang telah kita ketahui. Sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global. Dari Al Qur’an dan As-Sunnah kita dapat mengetahui sebagian nama malaikat tersebut seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun malaikat lain yang tidak kita ketahui namanya, maka kita mengimaninya secara global. Ketiga, mengimani sifat dan bentuk mereka yang telah diberitahukan kepada kita. Di antaranya tentang malaikat Jibril sebagaimana hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau radhiyallahu ‘anhu berkata,”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang mempunyai 600 sayap. Setiap sayap telah menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan berbagai warna, mutiara, dan permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keindahannya” (HR. Ahmad).
Kadangkala, dengan perintah Allah Ta’ala, malaikat dapat berubah (menjelma) dalam bentuk seorang lelaki. Seperti yang pernah terjadi pada diri Jibril ketika diutus oleh Allah kepada Maryam, Ibrahim, dan Luth. Juga seperti yang pernah terjadi ketika Jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk di tengah-tengah para sahabat. Jibril mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan karakter seorang lelaki yang mengenakan pakaian sangat putih dan rambutnya hitam pekat (HR. Muslim).
Keempat, mengimani tugas dan pekerjaan mereka berdasarkan perintah Allah yang telah dikabarkan kepada kita. Misalnya adanya malaikat yang bertugas untuk mengawal dan menjaga manusia. Setiap orang dijaga oleh dua malaikat, yang satu di depan dan yang satunya lagi di belakang. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah” (QS. Ar-Ra’du [13] : 11).
Bagi setiap manusia ada empat malaikat: dua malaikat di depan dan di belakang untuk mengawalnya; dan dua lagi di kanan-kiri untuk mencatat amalnya (Lihat Syarh Aqidah Thohawiyah, Imam Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi) Penamaan para Malaikat Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, salah satu kandungan iman kepada malaikat adalah kita beriman kepada nama-nama para malaikat yang kita ketahui berdasarkan penjelasan dari Al Qur’an dan As-Sunnah. Adapun terhadap malaikat yang tidak disebutkan siapa namanya, maka kita mengimaninya secara global. Kita menyebut nama malaikat tertentu karena memang itulah nama yang diberikan oleh Allah atau dijelaskan oleh Rasulullah. Kita masih ingat ketika masih SD dulu, harus menghafal sepuluh nama malaikat saat pelajaran agama Islam. Ada malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar, Nakir, Roqib, ‘Atid, Malik, dan Ridwan. Pertanyaannya adalah, apakah penamaan tersebut memang benar-benar berdasarkan Al Qur’an dan As-Sunnah? Penamaan malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil adalah seperti terdapat dalam do’a istiftah ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai shalat malam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan do’a yang artinya,”Ya Allah, Rabb-nya Jibril, Mikail, dan Israfil. …” (HR. Muslim).
Dalam masyarakat kita, tersebar luas bahwa malaikat yang bertugas mencabut nyawa bernama Izrail. Ini adalah penamaan yang bersumber dari cerita-cerita israiliyyat yang lemah. Adapun nama yang benar berdasarkan Al Qur’an dan hadits yang shahih adalah malaikat maut (malakul maut) sebagaimana firman Allah yang artinya,”Katakanlah,’Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu dan mematikan kamu’” (QS. As-Sajdah [32] : 11).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Malaikat maut (malakul maut) pernah diutus kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam” (HR. Bukhari dan Muslim). Tentang malaikat yang mengawasi dan mencatat amal perbuatan kita, Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya Roqiibun ‘Atid (malaikat pengawas yang selalu hadir)” (QS. Qaaf [50] : 17-18).
Tidaklah yang dimaksud dengan kata “Roqiibun” dalam ayat tersebut adalah seorang malaikat bernama Roqib yang katanya bertugas mencatat amal kebaikan. Akan tetapi, kata tersebut adalah kata sifat yang menjelaskan bahwa bahwa dua orang malaikat tersebut selalu “dekat” dan “mengawasi” gerak-gerik kita. Begitu juga dengan kata ‘Atid, tidaklah yang dimaksud dengan kata “Atid” dalam ayat tersebut adalah seorang malaikat bernama ‘Atid yang katanya bertugas mencatat amal keburukan. Akan tetapi, yang dimaksud adalah kata sifat yang menjelaskan bahwa dua orang malaikat tersebut selalu “hadir” dan “tidak pernah meninggalkan kita”. Jadi penamaan kedua malaikat tersebut dengan Roqib dan ’Atid hanya karena salah memahami ayat. (Lihat Taisir Karimir Rahman, Syaikh As-Sa’di dan Syarh Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahumallah). Penyebutan malaikat yang menjaga neraka dengan sebutan malaikat Malik sudah sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang artinya,”Mereka berseru,’Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab,’Kamu akan tetap tinggal di neraka ini’” (QS. Az-Zukhruf [43] : 77).
Adapun penyebutan malaikat penjaga surga dengan malaikat Ridwan, tidak terdapat penyebutannya dengan nama tersebut. Allah hanya menyebutkan bahwa ada malaikat yang bertugas untuk menghormati penduduk surga dengan firman-Nya yang artinya,”… sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari segala pintu sambil mengatakan,’Kesejahteraan buat kalian atas kesabatan kalian’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Ra’du [13] : 23-24).
Terdapat dua orang malaikat yang diserahi tugas untuk menanyai mayit ketika telah diletakkan di dalam kuburnya. Ketika itu, dua malaikat mendatangi si mayit untuk menanyakan kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya, dan nabinya. Nama dua malaikat ini, yaitu Munkar dan Nakir terdapat pada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,”Apabila seorang di antaramu atau seorang manusia dikubur, dia akan didatangi dua malaikat hitam dan biru, yang satunya bernama Munkar, yang lainnya bernama Nakir” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Albany). Demikianlah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang keimanan kepada malaikat. Semoga Allah terus memudahkan kita untuk mempelajari aqidah yang benar sebagai bekal kita ketika menghadap-Nya di hari akhir kelak.

Tinggalkan komentar